UJIAN AKHIR SEMESTER


UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH       : KIMIA BAHAN ALAM
SKS                             : 2
DOSEN                      : Dr. Syamsurizal, M.Si
WAKTU                     : 22-29 Desember 2012

PETUNJUK : Ujian ini open book. Tapi tidak diizinkan mencontek, bilamana ditemukan, maka anda dinyatakan GAGAL. Jawaban anda diposting di bolg masing-masing.

 1. Jelaskan dalam jalur biosintesis triterpenoid, identifikasilah faktor-faktor penting yang sangat menentukan dihasilkannya triterpenoid dalam kuantitas yang banyak.
Jawaban:
Triterpenoid merupakan salah satu golongan senyawa bahan alam terpenoid. Mekanisme reaksi biosintesis terpenoid secara umun adalah pembentukan isopren aktif dari jalur asam mevalonat, penggabungan ekor dan kepala unit-unit isopren tersebut akan menghasilkan monoterpenoid, diterpenoid dan sebagainya, sedangkan penggabungan antara ekor dan ekor dari unit isopren C15 atau C20 akan membentuk triterpenoid, dapat dilihat dari gambar berikut:


Triterpenoid merupakan turunan dari isoprenoid asiklik skualen (C30H50). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa hasil akhir dari biosintesis tersebut menghasilkan beragam senyawa terpenoid, termasuk triterpenoid. Keanekaragaman struktur terpenoid yang dihasilkan dipengaruhi oleh reaksi-reaksi yang terjadi, seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi atas geranil, farnesil, dan geranil-geranil pirofosfat. Jadi, menurut saya, faktor penting yang menentukan dihasilkannya senyawa triterpenoid dari biosintesis tersebut adalah proses siklisasi senyawa skualen sehingga dapat membentuk triterpenoid. Selain itu, untuk memperoleh triterpenoid dalam jumlah yang banyak, seluruh proses biosintesis ini mempengaruhinya, semakin banyak IPP yang terbentuk, maka akan semakin banyak pula FPP yang terbentuk, dan semakin banyak pula skualen yang dihasilkan.

     2. Jelaskan dalam penentuan struktur flavonoid, kekhasan signal dan intensitas serapan dengan menggunakan spektrum IR dan NMR. Berikan dengan contoh sekurang-kurangnya dua struktur yang berbeda.
Jawaban:
Spektroskopi infra merah (IR) merupakan cara untuk mengindentifikasi gugus fungsional suatu senyawa karena gugus fungsi tersebut akan menunjukkan serapan spesifik pada daerah infrared. Untuk menganalisis senyawa dengan spektrum IR ini, dilakukan dengan mengidentifikai gugus-gugus fungsi utama yang ditunjukkan seperti C=O, O-H, N-H, C-O, C=C, C=N, C=C dan NO. Dengan mengetahui gugus fungsi yang terkandung di dalam senyawa tersebut, maka kita dapat membandingkannya dengan literatur sehingga diketahui senyawanya.
Sedangkan spektroskopi NMR merupakan cara untuk mengetahui bangun molekul dari senyawa yang diisolasi. Spektroskopi nmr dapat memberikan informasi yang lenih lengkap daripada spektroskopi IR. Biasanya dilakukan spektroskopi NMR terlebih dahulu untuk mengetahui struktur atau rumus bangun suatu senyawa, dan dapat dilanjutkan dengan spektroskopi IR untuk melengkapi datanya dengan gugus fungsi yang dikandunga sehingga senyawa tersebut dapat diketahui strukturnya secara lebih spesifik.
Contohnya pada senyawa flavonoid, misalnya pada senyawa quercetin, dari spektorkopi NMR diketahui bahwa senyawa tersebut mengandung 15 atom C dengan rumus C15H10O7. Selanjutnya dari spketrum IR:



Dari spektrum tersebut, diketahui bahwa senyawa mengandung gugus hidroksil, C-H alifatik, C=C serta dua buah H yang bertetangga dalam cincin aromatik dari daerah serapan yang ditunjukkan.


Selanjutnya pada senyawa catechin, dari spektrum NMR nya dapat diketahui strukturnya dengan rumus C15H14O6. Selanjutnya dari spektrum IR:


Diketahui bahwa senyawa tersebut mengandung gugus OH, C-O-C dan cincin aromatik dari daerah serapan yang ditunjukkan.



3. Dalam isolasi alkaloid, pada tahap awal dibutuhkan kondisi asam atau basa. Jelaskan dasar penggunaan reagen tersebut, dan berikan contohnya sekurang-kurangnya tiga macam alkaloid.
Jawaban:
Alkaloid bersifat basa yang tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen. Oleh sebab itu, dalam proses isolasinya, alkaloid biasa ditarik dalam bentuk garamnya dnegan menggunakan alkolhol dalam suasana asam, selanjutnya dipisahkan dalm bentuk basa. Garam alkaloid yang sudah dalam bentuk basanya ini kemudian akan ditarik oleh pelarut organik. Misalnya pada proses isolasi kafein, Kafein dalam fase cair diekstraksi dengan kloroform karena dalam suasana asam kelarutan kafein dalam kloroform lebih besar dari kelarutan dalam air. Begitu pula pada proses isolasi nikotin, Penambahan  asam sulfat 10% dalam larutan bertujuan agar larutan dalam suasana asam, karena ekstraksi kafein ini menggunakan etanol yang lebih optimal dalam suasana asam. Hal ini juga dilakukan pada isolasi morfin dari tumbuhan opium alkaloid disini diekstrak ke dalam larutan asam.

4. Jelaskan keterkaitan diantara biosintesis, metode isolasi dan penentuan struktur senyawa bahan alam . Berikan contohnya.
Jawaban:
Biosintesis, metode isolasi dan penentuan struktur merupakan hal-hal penting yang diperlukan untuk mempelajari senyawa-senyawa bahan alam. Ketiga hal ini tentunya saling terkait satu sama lainnya. Biosintesis merupakan keseluruhan proses pembentukan senyawa bahan alam yang hanya berlangsung pada makhluk hidup. Proses ini terjadi dengan adanya bahan awal, dan memerlukan ATP, serta biasanya melibatkan enzim-enzim tertentu. Pada biosintesis ini terjadi berbagai jenis reaksi sehingga menghasilkan senyawa sedemikian rupa. Dengan mempelajari proses biosintesis ini serta senyawa yang dihasilkan, maka kita dapat mengetahui sifat-sifat dari senyawa bahan alam tersebut, dengan demikian kita dapat merancang suatu metode isolasi berdasarkan sifat dan reaksi-reaksi yang mungkin untuk mengekstraknya. Misalnya kita dapat memilih pelarut yang sesuai dan perlakuan-perlakuan lainnya untuk mendapat senyawa murninya. Setelah diisolasi, selanjutnya sengan pengetahuan-pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya, kita dapat melakukan prosedur penentuan struktur senyawa, misalnya dengan spektoskopi NMR, UV-vis, IR dan MS. Dari data spektrum-spektrum tersebut kita dapat mengetahui struktur beserta gugus-gugus fungsi, jumlah atom serta massa molekulnya. Dan kita dapat menginterpretasikan dengan senyawa dari biosintesis dan isolasi. Dengan mengetahui secara spesifik struktur senyawa, maka kita akan mengetahui sifat-sifatnya juga. Misalnya, dari proses biosintesisnya diketahui senyawa tersebut adalah senyawa fenolik golongan flavonoid, maka dari sifatnya, kita dapat melakukan ekstraksi dengan pelarut seperti petroleum eter, kloroform, n-butanol dan metanol, dan mengetahui reaksi yang mungkin terjadi dengan menganalisis strukturnya.

antosianin


Antosianin merupakan antioksidan alami yang dapat mencegah penyakit kanker, jantung, tekanan darah tinggi, katarak, dan bahkan dapat menghaluskan kulit. Namun demikian, janganlah berlebihan dalam mengkonsumsi antosianin ini karena dapat menyebabkan keracunan. Berdasarkan ADI (Acceptable Daily Intake), konsumsi maksimum antosianin yang diperbolehkan per hari sebesar 0,25 mg/kg berat badan kita.



Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Antosianin tidak mantap dalam larutan netral atau basa. Karena itu antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus disimpan di tempat gelap serta sebaiknya didinginkan. Antosianidin ialah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin terdapat enam jenis secara umum, yaitu : sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin. 

Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Nama ini berasal dari bahasa Yunani antho-, bunga dan kyanos-, biru. Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi dalam sekitar 80 persen dari pigmen daun tumbuhan, 69 persen dari buah-buahan dan 50 persen dari bunga. 

kolesterol


Kolesterol merupakan steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai dalam hampir semua jaringan hewan. Kolesterol merupakan zat antara yang  diperlukan dalam biosintesis hormon steroid. Kolesterol memiliki 2 gugus metil yang terikat pada rantai C-13 dan C-10 dengan 5 ikatan rangkap. Rantai cabang hidrokarbon terikat pada atom C-17, sedangkan gugus hidroksil terdapat pada atom C-3. Kolesterol memiliki fungsi alkohol dan juga membentuk ester dengan asam lemak (ester sterol), sehingga termasuk kedalam senyawa yang paling hidrofobik diantara semua lipid didalam tubuh (Muchtadi, Palupi, dan Astawan 1993). Terdapat sedikit perbedaan struktur antara fitosterol  dan kolesterol, yaitu sama sama memiliki 1 gugus OH, namun berbeda pada rantai C-21. Fitosterol terdapat percabangan di rantai C-21 dan C-22, sedangkan pada kolesterol hanya ada 1 cabang yaitu pada C-22.

kolesterol tersebar luas dalamsel tubuh, khususnya dalam jaringan saraf. Sebagian kolesterol di dalam jaringan atau darah terdapat dalam bentuk ester. Kolesterol terdapat dalam lemak hewan, tetapi tidak terdapat dalam lemak tanaman. Kolesterol berupa kristal putih, bentuknya rombis yang mengkilat, tidak berbau, tidak ada rasa, dan mencair pada 148,5 C. Senyawa ini tidak larut dalam air, asam atau alkali, tetapi dapat larut dalam alkohol panas, eter, aseton, kloroform, benzen, dan karbon disulfida. Selain itu, kolesterol dapat larut dalam larutan garam-garam empedu.

Adanya kolesterol dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa reaksi warna. Salah satu di antaranya ialah reaksi Salkowski. Apabila kolesterol dilarutkan asam sulfat pekat dengan hati-hati, maka bagian asam berwarna kekuningan dengan fluoresensi hijau bila dikenai cahaya. Bagian kloroform akan berwarna biru dan yang berubah menjadi menjadi merah dan ungu. Larutan kolesterol dalam kloroform bila ditambah anhidrida asam asetat dan asam sulfat pekat, maka larutan tersebut mula-mula akan berwarna merah, kemudian biru dan hijau. Ini disebut reaksi Lieberman Burchard. Warna hijau yang terjadi ini ternyata sebanding dengan konsentrasi kolesterol.


Nikotin pada Tembakau


Nikotin (1-Metil-2-(3-piridil)  pirolidin;  β-piridil-α-N-metilpirolidin) merupakan alkaloid utama selain nornikotin, anatabin, dan anabasin (Tso, 1990; Bush et al., 1993). Selain terdapat pada tanaman tembakau yang jumlahnya sekitar 76 spesies (Wikipedia, 2010), nikotin juga dihasilkan tanaman koka, tomat, kentang, terong, dan paprika hijau dalam kadar yang lebih rendah. Kandungan nikotin pada tembakau sekitar 0,5-8% dari berat kering tembakau (Murdiyati et al., 1999). Biosintesis nikotin terjadi di akar kemudian ditransloka-sikan ke seluruh jaringan tanaman terutama di daun (Tso, 1990).  Analisis kandungan nikotin tembakau antara lain dapat dilakukan dengan metode ekstraksi  etherpetroleum ether  yang telah disempurnakan (JokoHartono,2003).  Sedangkan nikotin pada asap dapat dianalisis menggunakan  smoking machinechromatography.

   
 Nikotin dengan rumus molekul C10H14N2 atau C5H4NC4H7NCH3 mempunyai berat 162,26 g/mol. Berbentuk cairan seperti minyak, bersifat higroskopis, tidak berwarna hingga berwarna kuning muda, dapat berubah warna menjadi cokelat bila kontak dengan udara dan cahaya (Strecher, 1968).  Sebagai senyawa berbahan dasar nitrogen, nikotin dapat membentuk garam dengan asam yang biasanya padat dan bersifat larut dalam air. Nikotin mudah menembus kulit. Nikotin basa bebas akan terbakar pada suhu di bawah titik didihnya (boiling point 247oC). Karena itu, sebagian besar nikotin terbakar ketika rokok diisap, namun sisanya yang dihirup cukup untuk memberikan efek yang diinginkan. Kandungan nikotin daun tembakau berbeda tergantung posisinya. Kandungan nikotin terendah pada posisi daun bawah dan semakin keatas semakin tinggi. Menurut Tso (1990) pola penyebaran kandungan nikotin terendah pada daun-daun bawah, semakin ke atas posisi daun, kandungan nikotin semakin tinggi. 



Beberapa tipe tembakau di Indonesia berkadar nikotin tergolong relatif tinggi.  Kadar nikotin tembakau Madura berkisar antara 1-5%,sedangkan tembakau Temanggung berkisarantara 1-8% (Murdiyati et al., 1999).  Hasilpenelitian Joko-Hartono et al. (1994) kadar nikotinpada tembakau dan kadar tar pada asapberkorelasi dengan indeks mutu tembakaurajangan Temanggung.  Sedangkan menurut Suwarso dan Joko-Hartono (2010) kadar nikotindalam asap tembakau rajanganTemanggung rata-rata sebesar 17,85 + 4,46 % kadar nikotindalam daun. Penurunan kadar nikotin antara laindapat dilakukan dengan menciptakan varietas baru, teknik pemupukan, jarak tanam, danpengaturan pemberian air. 



MID KIMIA BAHAN ALAM


  Ujian Mid Semester

Matakuliah              : Kimia Bahan Alam
Kredit                       : 2 SKS
Dosen                        : Dr. Syamsurizal, M.Si
Hari/Tanggal            : Sabtu, 24 november 2012
Waktu                       : 15.30 sd 09.00 pagi ( 26 november 2012 )


1.     Kemukakan gagasan anda bagaimana cara mengubah suatu senyawa bahan alam yang tidak punya potensi ( tidak aktif ) dapat dibuat menjadi senyawa unggul yang memiliki potensi aktifitas biologis tinggi. Berikan dengan contoh.
Jawaban :
Potensi aktifitas biologis suatu senyawa bahan alam ditentukan oleh kereaktifan struktur atau gugus fungsinya. Oleh sebab itu, untuk membuat senyawa menjadi senyawa unggul yang memiliki potensi aktifitas biologis tinggi, hal ini ditinjau dari struktur senyawanya. Hal ini contohnya pada senyawa flavonoid yang merupakan senyawa fenolik, gugus fenol (hidroksi) disini berpengaruh terhadap kereaktifan biologisnya, misalnya dalam aktifitas antioksidan. Untuk itu, flavonoid dapat dimodifikasi strukturnya, yaitu dengan reaksi hidroksilasi, metoksilasi, alkilasi, dan glikosilasi. Misalnya pada flavonoid dengan fungsi sebagai antioksidan, dilakukan reaksi hidroksilasi sehingga dapat berubah menjadi flavanol yang memiliki gugus OH lebih banyak dan strukturnya lebih reaktif sehingga menjadi senyawa yang memiliki potensi aktifitas biologis lebih tinggi.

2.     Jelaskan bagaimana idenya suatu senyawa bahan alam yang memiliki potensi biologis tinggi dan prospektif untuk kemaslahatan makhluk hidup dapat disintesis di laboratorium
Jawaban :
Senyawa bahan alam yang memiliki potensi biologis tinggi memiliki banyak manfaat dalam kehidupan. Produksi senyawa bahan alam (metabolit primer maupun sekunder) saat ini sangat penting, misalnya dalam bidang industri, kesehatan, atau pangan. Sebagai contoh, saat ini senyawa metabolit sekunder telah banyak digunakan sebagai zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan, dan sebagainya. Senyawa bahan alam ini biasa di produksi oleh hewan maupun tumbuhan, senyawa-senyawa ini produksinya terbatas di alam namun tingkat kebutuhan akan senyawa itu semakin besar. Oleh sebab itu, dilakukan sintesis senyawa bahan alam di laboratorium sebagai cara menanggulanginya. Senyawa metabolit ini di alam dihasilkan melalui reaksi biosintesis. Untuk itu, dengan mempelajari jalur biosintesis ini memungkinkan untuk melakukan modifikasi dari jalur tersebut sehingga dapat diproduksi metabolit dalam jumlah yang lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat, mengetahui struktur metabolit yang dihasilkan, dan dapat dilakukan sintesis untuk menghasilkan derivatnya. Mempelajari biosintesis ini juga mencakup pengetahuan tentang struktur dan sifat-sifat gugus fungsinya, mekanisme reaksi khas yang terjadi, serta enzim-enzim yang terlibat dalam sintesis. Dengan demikian, jalurnya dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan senyawa bahan alam yang memiliki potensi biologis tinggi dan bermanfaat bagi kehidupan.

3.     Jelaskan kaidah-kaidah pokok dalam memilih pelarut untuk isolasi dan purifikasi suatu senyawa bahan alam. Berikan dengan contoh untuk 4 golongan senyawa bahan alam : Terpenoid, alkaloid, Flavonoid, dan Steroid.
Jawaban :
Pada dasarnya isolasi senyawa kimia dari bahan alam adalah sebuah usaha bagaimana caranya memisahkan senyawa yang bercampur sehingga kita dapat menghasilkan senyawa tunggal yang murni. salah satu usaha mengefektifkan isolasi senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan pelarut organik yang akan digunakan pada isolasi tersebut, dimana pelarut polar akan lebih mudah melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawa non polar lebih mudah larut dalam pelarut non polar. Dengan kata lain, pemilihan pelarut harus disesuaikan dengan sifat-sifat senyawa yang akan dimurnikan. Isolasi berdasarkan sifat kimia dan  kereaktifan bahan alam terhadap pelarut tertentu. Bahan alam diisolasi melalui reaksi kimia dan dipisahkan dari senyawa lain yang tidak bereaksi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut adalah selektivitas, sifat pelarut, kemampuan untuk mengekstraksi, tidak bersifat racun, mudah diuapkan, dan harganya relatif murah.
Misalnya untuk golongan alkaloid, pelarut yang digunakan ketika mengekstraksi yaitu molekul air yang diasamkan. Pelarut ini mampu melarutkan alkaloid sebagai garamnya. Selain itu dapat pula membasakan bahan tumbuhan dengan menambah natrium karbonat, selanjutnya dapat diektraksi dengan pelarut organik seperti kloroform atau eter. flavonoid yang memiliki kepolaran yang rendah, seperti isoflavon, flavanon, flavon methyl dan flavonol, dalam ekstraksinya menggunakan pelarut kloroform, diethyl eter, atau ethyl asetat pada flavonoid glikosida. Sedangkan pada flavonoid yang memiliki tingkat kepolaran aglikon dapat diekstraksi dengan alkohol atau campuran alkohol-air. Terpenoid larut dalam senyawa organik seperti eter dan alkohol. Steroid mempunyai sifat semipolar dapat diekstrak dengan kloroform. Selain itu dapat pula dengan pelarut lemak seperti eter, benzena, carbontetrachlorida, xylena, serta alkohol.

4.     Jelaskan dasar titik tolak penentuan struktur suatu senyawa organik. Bila senyawa bahan alam tersebuat adalah kafein misalnya. Kemukakan gagasan anda hal – hal pokok apa saja yang di perlukan untuk menentukan strukturnya secara keseluruhan.
Jawaban :
Penentuan struktur senyawa organik dapat dilakukan dengan metode spektroskopik. Metode spektroskopis ini dilakukan pada senyawa misalnya setelah dilakukan isolasi atau purifikasi sebelumnya. Spektroskopi adalah bidang ilmu yang mempelajari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan materi. Spektroskopi ataupun spektrofotometri, hampir mempunyai pengertian yang sama. Kalau disebut spektrofotometri, jelas berarti terlibatnya foton atau gelombang elektromagnetik berinteraksi dengan materi. Untuk keperluan elusidasi struktur suatu senyawa diperlukan spektroskopi ultraviolet-visibel, inframerah, resonansi magnetic nuklir dan spektroskopi massa, sampel yang  diperlukan adalah senyawa murni dengan bobot lebih kurang 10 miligram. Data spektroskopi berupa spektra untuk diinterpretasikan dan informasi dari data ini saling mendukung untuk dapat disimpulkan struktur molekulnya.
Misalnya dalam penentuan senyawa kafein, dapat dilakukan dengan spektroskopi inframerah. Sehingga dihasilkan data berikut :

Dengan spektroskopi inframerah, struktur kafein yang terdapat dalam sampel dapat ditentukan, yaitu dari data serapan khas beberapa gugus fungsi, atau dengan menbandingkan dengan spektrum IR dari kafein standar. Dari hasil spektorskopi senyawa tersebut maka  dapat diketahhui strukturnya melalui gugus-sugus fungsi yang terdapat di dalamnya. Metode lain untuk menentukan struktur yaitu melalui uji titik leleh campuran, penggunaan turunan padatan, perbandingan sifat fisik, serta reaksi kualitatif.

Brassinolide, Steroid Perangsang Tumbuhan



Mendengar kata steroid, pikiran kita langsung tertuju kepada anabolic steroid, obat perangsang meningkatnya metabolisme hormonal tubuh manusia sehingga menjadi lebih kuat. Steroid ini di dalam dunia olahraga sering menimbulkan kontroversi, mengingat prestasi seseorang dapat meningkat dengan mengkonsumsinya, sementara di pihak lain, konsumsi steroid dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia.


Lalu apa hubungan brassinolide dengan steroid ?
Brassinolide atau secara ilmiah disebut sebagai brassinosteroid merupakan salah satu dari sekian banyak jenis hormon yang ditemukan di dalam tumbuhan. Sebetulnya hormon yang ditemukan di tumbuhan ini, memiliki struktur kimia yang mirip dengan steroid yang sudah terlebih dahulu ditemukan pada kingdom animalia (hewan). Baik yang terdapat di tumbuhan maupun di hewan, merupakan hormon yang larut dalam lemak, dan mempunyai struktur basa tetrasiklo. Struktur basa memiliki empat cincin yang saling terpaut dan terdiri dari tiga cincin sikloheksan dan satu cincin siklopentan.

Brassinolide tersintesis dari asetil CoA melalui jalur asam mevalonik di dalam metabolisme sel tumbuhan. Perbedaan pre-kursor di jalur asam mevalonik, dalam biosintesis steroid pada tumbuhan dan hewan menghasilkan produk steroid yang berbeda, pada tumbuhan menghasilkan brassinolide dan pada hewan menghasilkan kolesterol, dan yang lain lagi pada cendawan menghasilkan ergosterol (Bishop & Yokota, 2001)


Lalu apa fungsi brassinolide itu sendiri ?
Seperti disampaikan sebelumnya, bahwa brassinolide memiliki respon yang mirip dengan giberellin. Pada suatu kasus misalnya seorang mahasiswa pertanian melakukan penelitian tentang respon giberellin pada sebuah tanaman kerdil abnormal, mereka akan bingung ketika tidak terdapat respon tanaman terhadap aplikasi giberelin, selanjutnya mereka menjadi tambah kebingungan ketika berhasil mengisolasi gen yang terkait dengan fungsi giberelin ternyata tidak terdapat perbedaan sekuens dibandingkan dengan tanaman normalnya. Bisa jadi sifat kerdil abnormal tersebut disebabkan karena rendahnya kandungan brassinolide dalam sel atau penyimpangan gen terkait dengan fungsi brassinolide


Secara rinci beberapa fungsi brassinolide adalah sebagai berikut :

·         meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan
·         menghambat penuaan daun (senescence)
·         mengakibatkan lengkuk pada daun rumput-rumputan
·         menghambat proses gugurnya daun
·         menghambat pertumbuhan akar tumbuhan
·         meningkatkan resistensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan
·         menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan
·         merangsang pertumbuhan pucuk tumbuhan
·         merangsang diferensiasi xylem tumbuhan
·         menghambat pertumbuhan pucuk pada saat kahat udara dan endogenus karbohidrat.




http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/spacer.gif

isoflavon


Selain kadar protein tinggi, lezat, dan mudah dicerna, kedelai juga mengandung Isoflavon. Kebanyakan orang tahu, kacang kedelai protein tinggi. Namun, banyak orang tidak tahu bahwa kedelai merupakan sumber utama isoflavon, yang telah terbukti memiliki sejumlah manfaat bagi tubuh dan kulit. Salah satunya adalah memastikan tahan lama kulit sehat dengan menjaga elastisitas kulit, sehingga terlihat awet muda.
Senyawa isoflavon juga terdapat dalam berbagai produk olahan kedelai yang dapat dikonsumsi seperti tahu, tempe,  bubuk kedelai dan tauco. Selain produk olahan tersebut, ternyata di dalam limbah cair hasil pengolahan tahu (LCT) juga terdapat senyawa isoflavon. Hal ini dapat dilakukan pembuktiannya dengan mengidentifikasisenyawa tersebut.
Menurut Kudou et al, 1991, biji kedelai mengandung 3 tipe isoflavon dan masing-masing mempunyai 4 perbedaan bentuk kimia yaitu:

Faktor-II (6,7,4’ trihidroksi isoflavon) merupakan senyawa yang sangat menarik perhatian, karena senyawa ini tidak terdapat pada kedelai dan hanya terdapat pada tempe.  Senyawa ini ditemukan dalam ekstrak tepung tempe oleh Gyorgy pada tahun 1964. Penelitian tersebutmenunjukkan bahwa pada tempe hasil fermentasi dengan Rhizopus Oligosporusmenghasilkan isoflavon genistein (5,7,4′-trihidroksi isoflavon, daidzein (7,4′-dihidroksiisoflavon) dan faktor-2 (6,7,4′-trihidroksi isoflavon).
Menurut Jha HC, 1985, faktor-II adalah senyawa yang sangat prospektif sebagai antioksidan (10 kali aktivitas vitamin A atau karboksi kroman dan sekitar 3 kali dari senyawa isoflavon aglikon lain pada tempe) dan sebagai antihemolitik. 

Menurut Geissman, 1962, mikroorganisme tidak mampu menyintesis senyawa flavonoida / isoflavonoida sehingga senyawa tersebut  tidak terdapat di dalam sel, meskipun mikroba – mikroba tertentu dapat menyintesis fenil alanin dan tirosin, yang merupakan prekursor biosintesis senyawa flavonoida /  isoflavonoida. Senyawa flavonoida / isoflavonoida hanya disintesis dan terdapat dalam tumbuh-tumbuhan.