Kolesterol merupakan steroid hewani yang terdapat paling
meluas dan dijumpai dalam hampir semua jaringan hewan. Kolesterol merupakan zat
antara yang diperlukan dalam biosintesis
hormon steroid. Kolesterol memiliki 2 gugus metil yang terikat pada rantai C-13
dan C-10 dengan 5 ikatan rangkap. Rantai cabang hidrokarbon terikat pada atom
C-17, sedangkan gugus hidroksil terdapat pada atom C-3. Kolesterol memiliki fungsi
alkohol dan juga membentuk ester dengan asam lemak (ester sterol), sehingga
termasuk kedalam senyawa yang paling hidrofobik diantara semua lipid didalam tubuh
(Muchtadi, Palupi, dan Astawan 1993). Terdapat sedikit perbedaan struktur
antara fitosterol dan kolesterol, yaitu sama
sama memiliki 1 gugus OH, namun berbeda pada rantai C-21. Fitosterol terdapat
percabangan di rantai C-21 dan C-22, sedangkan pada kolesterol hanya ada 1
cabang yaitu pada C-22.
kolesterol tersebar luas dalamsel tubuh, khususnya dalam
jaringan saraf. Sebagian kolesterol di dalam jaringan atau darah terdapat dalam
bentuk ester. Kolesterol terdapat dalam lemak hewan, tetapi tidak terdapat
dalam lemak tanaman. Kolesterol berupa kristal putih, bentuknya rombis yang
mengkilat, tidak berbau, tidak ada rasa, dan mencair pada 148,5 C. Senyawa ini
tidak larut dalam air, asam atau alkali, tetapi dapat larut dalam alkohol
panas, eter, aseton, kloroform, benzen, dan karbon disulfida. Selain itu,
kolesterol dapat larut dalam larutan garam-garam empedu.
Adanya kolesterol dapat ditentukan dengan menggunakan
beberapa reaksi warna. Salah satu di antaranya ialah reaksi Salkowski. Apabila
kolesterol dilarutkan asam sulfat pekat dengan hati-hati, maka bagian asam
berwarna kekuningan dengan fluoresensi hijau bila dikenai cahaya. Bagian
kloroform akan berwarna biru dan yang berubah menjadi menjadi merah dan ungu.
Larutan kolesterol dalam kloroform bila ditambah anhidrida asam asetat dan asam
sulfat pekat, maka larutan tersebut mula-mula akan berwarna merah, kemudian
biru dan hijau. Ini disebut reaksi Lieberman Burchard. Warna hijau yang terjadi
ini ternyata sebanding dengan konsentrasi kolesterol.
3 komentar:
pada artikel tersebut, uji kolesterol dengan reaksi Salkowski, mengapa digunakan asam sulfat? apa fungsi asam sulfat tersebut sehingga dapat mengindikasikan adanya kolesterol?
Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau
Uji salkowski menggunakan prinsip apabila sterol dengan konfigurasi tidak jenuh didalam molekulnya direaksikan dengan asam kuat dalam kondisi bebas air, maka akan memberikan warna yang karakteristik. Fungsi kloroform anhidrat pada uji ini adalah untuk melarutkan kolesterol dan fungsi dari penambahan asam sulfat pekat adalah untuk membentuk kompleks warna
Posting Komentar